Saturday, November 17, 2012

Bolehkah Mengunyahkan Makanan Untuk Bayi?

Melihat seorang ibu yang mengunyahkan makanan untuk bayinya bukanlah suatu yang aneh di negara kita. Ketika kebanyakan orang mungkin merasa jijik atau khuatir akan kemungkinan penyakit yang dapat ditularkan oleh ibu kepada bayinya, justru kajian menemukan bahawa sebenarnya mengunyahkan makanan untuk sang bayi merupakan kaedah makan yang dapat membuat bayi menjadi lebih sihat. Kerana, mengunyahkan makanan untuk bayi akan membuat bayi terpapar oleh air liur ibu mereka, dimana hal ini akan memberi mereka dorongan sistem kekebalan tubuh yang mereka tidak mampu mendapatkannya dari makanan bayi steril yang dibeli di sebarang kedai.



Bayi mulai memerlukan makanan tanpa susu dalam menu makanan mereka pada saat berusia enam bulan. Namun, gigi geraham yang mereka perlukan untuk mengunyah makanan belum tumbuh sampai mereka berusia 18 sampai 24 bulan. Menurut penelitian yang dipimpin oleh Gretel Pelto, seorang antropolog dari Universitas Cornell, mengunyahkan makanan untuk bayi adalah penyelesaian paling baik untuk memberi makan bayi selama tempoh ini. Bahkan kaedah ini sudah digunakan dalam banyak kebudayaan sampai hari ini, termasuk di kebanyakkan daerah di negara kita.


Selain itu, mengunyahkan makanan untuk bayi juga dapat mencegah timbulnya penyakit autoimun, seperti asma. Keadaan ini muncul ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel tubuh sendiri, kerana menganggap sel tubuh sebagai benda asing, dimana penyakit tersebut ternyata berkaitan erat dengan masa kanak-kanak seseorang yang jarang terpapar patogen penyakit. Bukti epidemiologis pun menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko terkena penyakit asma dan berbagai kondisi alergi lainnya pada anak dan orang dewasa yang lingkungan pada awal kehidupannya sangat sedikit terkena paparan patogen penyakit.

Penelitian yang dilakukan oleh Samuel Baron, seorang imunolog dari University of Texas Medical Branch, menunjukkan bahawa penularan penyakit dari mengunyahkan makanan untuk bayi ternyata jauh lebih sedikit berbanding yang diperkatakan sebelum ini. Hal ini dapat terjadi disebabkan adanya antibodi alami dalam air liur yang secara signifikan mengurangi penularan penyakit patogen yang terdapat pada air liur. Dan ditunjukkan pula bahawa risiko penularan HIV melalui air liur sebenarnya sangat rendah, lebih rendah dari risiko penularan melalui ASI.




No comments:

Post a Comment